26 September 2023

(Resensi Buku) Publish to Cherish, Menulis Ilmiah Itu Menyenangkan

Judul buku: Publish to Cherish, Menulis Ilmiah itu Menyenangkan

Penulis: Daniel Murdiyarso

Jumlah halaman: 142

Penerbit: Penerbit Buku Kompas

Tahun terbit: 2023

Resensi oleh: Elis Nurhayati

 

Jumat, 25 Agustus, IOJI mendapat kehormatan menjadi kelompok pembaca pertama yang mendiskusikan buku gress yang baru keluar dari mesin cetak penerbit Kompas Gramedia tanggal 10 Agustus 2023. Prof Daniel Murdiyarso, Principal Scientist CIFOR dan Guru Besar Departemen Geofisika & Meteorologi IPB, bertandang ke kantor IOJI di Wisma Penta untuk berbagi pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam buku yang didedikasikan untuk semua mahasiswa yang pernah dibimbingnya. Diskusi makin hangat ketika masing-masing peserta mendapat satu eksemplar buku yang ditandatangani langsung oleh penulisnya, lengkap dengan ucapan motivasi yang personal.

Pak Daniel berkisah, menulis buku dengan judul seperti ini cukup mengandung risiko.

Pertama, judul ini riskan menimbulkan kesan seolah-olah menulis artikel ilmiah dan mempublikasikannya adalah hal mudah dan tidak terlalu sulit, sama sekali tidak rumit apalagi berbelit, dan dengan demikian bisa saja kemudian dianggap enteng. Padahal, upaya menulis ilmiah dan menerbitkannya di jurnal ilmiah kenyataannya sangat susah, besar kemungkinan gagal dan bisa mematahkan semangat.

Kedua, judul seperti ini memberi kesan menggurui. Padahal, sekalipun Daniel adalah seorang guru besar, tetap saja sering juga menghadapi banyak masalah, kecil atau besar. Namun bagi ilmuwan, menulis adalah kewajiban. Nah, supaya menulis tidak lantas menjadi beban, menurutnya menulis harus dibuat menyenangkan.

Semata didorong oleh keinginan untuk menjinakkan pameo yang lebih terkenal sebelumnya “Publish or Perish”, Daniel seolah ingin membekali pembaca dengan mantra yang mensugesti bahwa menulis karya ilmiah tidak selalu mengintimidasi. Pria yang baru saja diangkat sebagai Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) periode 2023-2028 ini bertutur lugas mengenai pengalaman dan pengamatan panjang atas warna-warni seni publikasi, baik sebagai dosen di kampus maupun sebagai peneliti di pusat riset. Pameo tersebut dijadikan alat pemicu untuk mendorong dan menyemangati kita supaya maju. Harapannya, common sense yang diuraikan dalam tulisan, dan secara lisan saat diskusi buku, benar-benar bukan nonsense.

Sebelum lanjut, harus ada disclaimer/penyangkalan. Buku yang dibagi menjadi 10 bab ini bukan buku panduan dengan petunjuk teknis bagaimana menulis, melainkan lebih bersifat reflektif. Buku ini hasil renungan dari pengalaman dan pengamatan Daniel yang diharapkan bermanfaat untuk mengatasi kebuntuan di dunia yang sepi, dalam meniti jalan ninja sebagai peneliti atau akademisi. Buku ini mengurai bagaimana membangun dan memelihara perangai penulis(an) karya ilmiah, termasuk bagaimana menulis dan mempublikasikan karya secara konsisten dan independen dari berbagai bentuk pengaruh, baik itu pemeringkatan (scoring) dan pengelompokkan (indexing), sambil tetap menyadari fungsi dan peran sistem yang sudah diterima luas di dunia ilmiah ini.

Secara garis besar, buku ini berisi tiga bagian dengan bahasan utama sebagai berikut.

Tiga bab pertama membahas tentang apa itu esensi tulisan ilmiah, siapakah yang disebut ilmuwan, dan bagaimana ilmuwan seharusnya menjalani laku kecendekiawanannya termasuk pentingnya menerbitkan karya tulis ilmiah supaya tercipta “publish to cherish, not perish”.

Tiga bab kedua mencantumkan contoh-contoh praktis bagaimana menulis artikel ilmiah secara tekun. Daniel membagi tips and tricks serta to do list dalam proses penerbitan karya tulis ilmiah yang bernas dan berkualitas, supaya pembaca dapat menghindari hal-hal yang tidak esensial dalam mendukung tujuan menulis dan menerbitkan karya ilmiah. Kiat-kiat ini mulai dari tahap pra-penerbitan hingga pasca-penerbitan, sejak menyiapkan manuskrip, saat mengukur kapasitas diri sesuai pilihan jurnal, dan pada tahap penyerahan naskah (submisi) serta revisi yang menuntut kepiawaian dalam ilmu dan seni sekaligus. Apalagi saat harus menghadapi dan menembus halangan dari mitra bestari (peer reviewers) yang kadang-kadang bisa sangat “kejam”.

Selanjutnya, di empat bagian terakhir, pembaca akan mempelajari bagaimana menikmati hasil riset yang diindeks secara nasional dan internasional, yang dijamin akan membuat ketagihan menulis dan mempublikasikan karya tulis ilmiah. Menurut pengalaman Daniel, imbalan atas jerih payah menulis dan menerbitkan karya ilmiah tidak selalu dapat diukur dengan materi, sebab pencapaian akademis tidak dapat dikuantifikasi dengan nilai keuntungan finansial (sekalipun prosesnya harus melalui riset yang mahal). Reputasi seorang ilmuwan/cendekiawan sejatinya diukur dari warisan ilmiahnya (legacy).
Para peneliti, dosen dan akademisi, mahasiswa semua strata, bahkan birokrat dan otokrat di lembaga pemerintah serta tentunya think tankers, pun publik yang tertarik menulis dan menerbitkan karya tulis ilmiah akan mendapat banyak insights dari figur otoritatif dengan jam terbang tinggi dalam melakukan riset, menulis dan menerbitkannya ke hadapan publik, entah itu melalui tulisan ilmiah di jurnal ilmiah maupun tulisan populer di media massa. CEO IOJI, Mas Achmad Santosa, menghitung, seorang Daniel Murdiyarso telah menghasilkan 425 research items dengan sitasi sebanyak 20.186 dalam 10 tahun terakhir, sedangkan ResearchGate mencatat 118 research items dengan 10.032 citations dalam lima tahun terakhir. Buku padat berjumlah 126 halaman termasuk daftar pustaka dan biografi singkat ini cocok bagi siapa saja yang ingin belajar tentang proses penerbitan karya tulis ilmiah. Buku ini tetap relevan sekalipun kini kebijakan menulis karya ilmiah sudah dihapus sebagai persyaratan kelulusan kuliah oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek).
Menurut Menteri Nadiem Makarim (29/08), tidak harus berbentuk skripsi, tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan mahasiswa sekarang dapat berupa prototipe, proyek, atau bentuk lainnya yang dikerjakan secara individu maupun berkelompok.
Kewajiban menulis ilmiah sebagai syarat kelulusan (praktik yang tidak diterapkan di banyak universitas di luar negeri), selama ini kerap dikritik, mulai dari menghambat kelulusan mahasiswa, mengganjal kenaikan pangkat dosen, hingga kecaman bahwa hasil karya ilmiah hanya berguna untuk memenuhi rak perpustakaan kampus.
Peraturan Mendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 ini juga menghapus kewajiban bagi lulusan magister (S2) dan doktor (S3) untuk menerbitkan makalah ilmiah di jurnal terakreditasi di nasional dan internasional. Nadiem menegaskan bahwa lulusan S2 dan S3 tetap wajib diberi tugas akhir dalam bentuk tesis/disertasi, prototipe, proyek, atau bentuk tugas akhir lainnya yang sejenis tetapi tidak lagi wajib diterbitkan di jurnal ilmiah. Bentuk tugas akhirnya ditentukan oleh prodi atau perguruan tinggi.
Kewajiban publikasi di jurnal ilmiah sebelumnya ditetapkan dalam Surat Edaran Publikasi Karya Ilmiah yang diterbitkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) pada tahun 2019, sebelum digabung dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadi Kemendikbud Ristek pada 2021.
Terlepas dari kebijakan baru di atas, Daniel berharap para peserta diskusi buku di kantor wadah pemikir dan advokasi kebijakan IOJI akan makin aktif menulis dan mempublikasikan karya mereka. Menulislah untuk tetap berharap dan optimistis, begitu pesannya. “Tentu saja tidak dengan setengah hati, publikasi tersebut sedapat mungkin disitasi.”

Kita aminkan doanya dan mainkan. Terima kasih sudah berbagi ilmu dan buku, Prof!

 

Share: