30 May 2023

(Resensi) Routledge Handbook of Global Land and Resource Grabbing

Judul: Routledge Handbook of Global Land and Resource Grabbing

Editor:  Andreas Neef, Chanrith Ngin, Tsegaye Moreda, and Sharlene Mollett

Tahun terbit: 2023

Penerbit: Routledge Environment and Sustainability Handbooks

Resensi oleh Elis Nurhayati

Buku ini disunting oleh Andreas Neef (Profesor Studi Pembangunan di University of Auckland, Selandia Baru), Chanrith Ngin (Senior Research Fellow dan Direktur Pusat Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di Institut Sumber Daya Pembangunan Kamboja), Tsegaye Moreda (Asisten Profesor Studi Agraria dan Pedesaan di International Institute of Social Studies/ISS, Erasmus University Rotterdam, Belanda), dan Sharlene Mollett (Associate Professor dan Distinguished Professor bidang Geografi Budaya Feminis, Alam dan Masyarakat, di Departemen Geografi Manusia dan Kajian Pembangunan Global, University of Toronto, Kanada).

Buku Routledge Handbook of Global Land and Resource Grabbing yang diedit oleh empat peneliti tersebut dianggap kajian pertama yang paling sistematis, yang terkumpul dalam satu volume, dan menjadi upaya akademik untuk mengkaji isu perampasan lahan dan sumber daya alam secara komprehensif dan aktual. Buku rujukan terbitan Routledge ini berisi analisis mengenai kondisi objektif di luar sana, kajian literatur ilmiah pada saat ini, dan bagaimana para ahli membingkai analisis tentang dinamika sosial terkait fenomena land grabbing (perampasan/perebutan lahan) secara global. Dengan demikian, kajian ini sangat berguna dalam membantu kita memahami dan menghubungkan pertanyaan tentang ‘apa yang telah terjadi’, ‘apa yang sedang terjadi’, dan ‘apa yang mungkin terjadi’ dalam kancah perebutan sumber daya.

Perampasan lahan dan sumber daya global telah menjadi topik yang semakin menarik di kalangan akademisi dan praktisi pembangunan, juga pembela hak asasi manusia, serta pegiat isu kebijakan. Routledge Handbook of Global Land and Resource Grabbing berhasil menjaga momentum intelektual ini dengan memajukan wawasan metodologis, teoretis, dan empiris yang disajikan secara holistik dengan membahas bagaimana perburuan lahan berpadu dengan perburuan sumber daya alam lainnya, termasuk air, hutan dan mineral, juga berkait berkelindan dengan pertanian, pertambangan, pariwisata, energi, konservasi keanekaragaman hayati, perubahan iklim, pasar karbon, dan konflik.

Seperti dalam pencapaian ilmiah yang monumental, kajian tentang perampasan lahan dan perburuan sumber daya ini membuka jalan baru yang mengarah pada wilayah baru yang belum sepenuhnya terpetakan. Buku ini telah menghasilkan efek yang sama, membantu kita membingkai pertanyaan baru, memberi arti penting pada masalah yang muncul, membantu kita melihat masalah yang sudah lama ada namun tidak terperhatikan sepenuhnya – atau makin menguak blind spots yang sebelumnya belum terlalu digali. Ada banyak area yang perlu ditelusuri dan disingkap, tapi penulis membatasi pada beberapa poin yang penting saja. 

Pertama, pandangan lama tentang land deals yang konon sebagian besar hanya digembar-gemborkan, menunjukkan bahwa sebagian besar transaksi tanah adalah stagnasi tanpa perubahan nyata pada permasalahan tanah yang utama, tetap menjadi masalah terbuka. Ada beberapa proposisi terbaru untuk diskusi seputar masalah ini seperti Broegaard et al. (2022) dan Borras et al. (2022). Kedua, the everyday land deals (akumulasi tanah, transaksi tanah) yang mungkin melibatkan bidang tanah besar atau kecil, dilakukan dalam proses legal atau ilegal dan yang cenderung tetap berada di luar sorotan media tetap ada di dunia nyata tetapi anehnya secara konsisten luput menerima perhatian khusus dalam penelitian akademis. Tapi jenis kesepakatan tanah ini kemungkinan akan jauh lebih luas, dan tidak mengherankan jika penulis menemukan bahwa skala agregat mereka bisa sama dengan, jika tidak lebih besar dari, perampasan tanah yang didorong oleh negara dan perusahaan (lihat, misalnya Woods, 2020, Borras et al., 2020).

Fenomena perampasan lahan secara global tidak berhenti meski minat media internasional untuk meliputnya telah menurun drastis. Penyebab – dan akibat – dari hal ini adalah kerap terjadinya kasus perampasan lahan sehingga terasa bukan berita baru, yang gegap gempita dan menjual bagi pembaca/pemirsa. Meletakkan isu perampasan lahan yang tidak lagi menjadi headline karena terjadi secara rutin, dan semakin hari perampasan lahan menjadi semakin lumrah, dengan cara-cara yang mungkin dapat diterima secara hukum di mata masyarakat. Rutinisasi bisa berubah menjadi legitimasi. Begitu kita mencapai titik tersebut, perampasan lahan menjadi sesuatu yang dapat diterima – dan dengan demikian eksploitasi dan penindasan, ketidakadilan dan kekerasan, yang terjadi kepada rakyat kecil, tak lagi menjadi isu besar. Salah satu cara untuk menghindari hal berbahaya ini adalah terus mempelajari realitas konkret tanpa henti dan terus bertanya secara kritis mengapa ini terus terjadi. Posisi dan peran strategis buku ini adalah memandu kita bagaimana terus bersikap kritis mengenai perampasan lahan dan perebutan sumber daya di tingkat global, nasional bahkan lokal.

Struktur penyajian buku

Buku ini dibagi menjadi sembilan bagian

Bagian 1 mengkaji lintasan sejarah perampasan lahan/tanah dan sumber daya

Bagian 2 berfokus pada mekanisme pemungkin dan tata kelola perampasan lahan & sumber daya

Bagian 3 mengeksplorasi akuisisi lahan skala besar untuk pangan, pakan ternak, dan biofuel

Bagian 4 meninjau pengambilan lahan untuk konservasi, ekowisata, energi terbarukan, dan pasar karbon

Bagian 5 memberikan wawasan tentang perampasan tanah oleh industri ekstraktif: bahan bakar fosil, mineral, dan logam

Bagian 6 memaparkan ‘bluegrabbing’ dan desakan global akan sumber daya air tawar dan laut

Bagian 7 mengkaji perampasan tanah untuk proyek infrastruktur besar

Bagian 8 melihat perampasan tanah perkotaan dan zona ekonomi khusus

Bagian 9 mengeksplorasi perlawanan, restitusi, dan solusi yang tersedia untuk melawan perampasan lahan & sumber daya

Tinjauan global yang mendalam tentang perampasan sumber daya lahan adalah bacaan yang penting dan mendesak. Hal hebat lainnya tentang Routledge Handbook ini (https://www.taylorfrancis.com/books/oa-edit/10.4324/9781003080916/routledge-handbook-global-land-resource-grabbing-andreas-neef-chanrith-ngin-tsegaye-moreda-sharlene-mollett?refId=b798345d-71cd-4c52-9e45-4e72195a6082&context=ubx) adalah tidak terkunci di balik paywall yang sangat mahal. Buku ini memberikan akses terbuka bagi semua.

Kesimpulannya, buku Routledge Handbook of Global Land and Resource Grabbing ini sebuah buku pegangan yang benar-benar global dan interdisipliner, dengan studi kasus dari Global South dan Global North, dengan kontribusi bab dari praktisi, aktivis dan akademisi, juga penulis pendatang baru berasal dari kelompok indigenous, yang tampil kuat di seluruh bab.

Satu catatan kritis untuk buku ini adalah Indonesia hanya semacam catatan kaki, disebutkan di sana sini tapi tidak menjadi bahasan khusus yang membutuhkan satu bab lengkap. Padahal Indonesia adalah locus sekaligus nexus yang menjadi medan percaturan state-actor and non-state actor terlibat land and resource grabbing, secara langsung atau tidak langsung. Mungkin di edisi revisi akan ada bahasan kasus khusus dari/tentang Indonesia.    

Buku ini perlu menjadi bacaan penting bagi mahasiswa dan cendekiawan yang tertarik pada isu perampasan lahan dan perebutan sumber daya, studi agraria, pembangunan, geografi, dan governansi sumber daya alam. Tentunya layak dibaca oleh para peneliti di lembaga think tank dan pusat studi berbagai kampus.

Share: