Pemulihan berkelanjutan pascapandemi Covid-19 membutuhkan koordinasi investasi dalam semua bidang. Koordinasi pembiayaan perlu dikerahkan dengan cara yang lebih transformatif dan katalisis guna menjembatani kesenjangan antara kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.
Dunia diterpa krisis kembar selama tiga tahun terakhir: pandemi Covid-19 dan perubahan iklim. Pandemi dengan kerasnya menghantam negara-negara berkembang. Kondisi akhirnya memperburuk kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial-ekonomi.
Dalam laporan terbaru yang terbit akhir Februari 2023, High-Level Advisory Group on Sustainable and Inclusive Recovery and Growth (HLAG) mencatat sejumlah besar negara pasar berkembang dan ekonomi berkembang atau EMDE terlempar dari jalur konvergensi ekonomi mereka.
HLAG merupakan perkumpulan kolaborasi antara Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional atau IMF. Melalui laporan terbaru bertajuk “The Big Push for Tranformation through Climate and Development”, HLAG membagikan analisis sekaligus rekomendasi guna memperkuat pemulihan pascapandemi sekaligus transisi hijau di EMDE.
Kajian HLAG bermula dari penilaian skala dan tantangan investasi serta pembiayaan di EMDE. HLAG menemukan EMDE sedunia, kecuali China, mencatatkan kebutuhan agregat kebutuhan belanja investasi dan pembangunan setidaknya US$1,3 triliun per tahun pada 2025 dan US$3,5 triliun per tahun pada 2030.
“Angkanya jauh melebihi dana pembiayaan yang tersedia dan memerlukan tindakan segera,” catat HLAG dalam laporannya.
Tangguh dan Transformasional
Tetapi ceritanya tak cuma tentang skala. “Kemajuan pembangunan yang dengan kuatnya diperjuangkan telah terkikis oleh berbagai krisis,” kata co-chair HLAG sekaligus Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia, Mari Elka Pangestu seperti disitir dari pernyataan pers Bank Dunia.
Terlepas dari tantangan krisis, “terdapat peluang-peluang unik—mulai dari kemajuan luar biasa dalam teknologi dan inovasi hingga penyelarasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di antara organisasi-organisasi internasional dalam pendekatan pembangunan hijau, tangguh, dan inklusif,” kata Mari Elka.
HLAG menekankan pentingnya investasi yang tangguh dan transformasional dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk penetapan harga karbon.
Untuk mencapai perubahan transformasional, catat HLAG, “keseluruhan sistem perlu bekerja sama.” Sistem yang dimaksud HLAG mengacu pada pemerintah, sektor swasta dan bank pembangunan multilateral. “IMF dan komunitas donor perlu mengambil lebih banyak peran dalam kolaborasi pembiayaan ini,” tulis HLAG dalam kajiannya.
Untuk mengatasi kebutuhan mendesak akan tindakan bersama pada tingkat nasional dan global, laporan HLAG memberikan rekomendasi tentang isu-isu kritis termasuk: